Beranda | Artikel
Segera Berobat Ketika Anak Sakit
Rabu, 24 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Segera Berobat Ketika Anak Sakit merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 10 Sya’ban 1442 H / 23 Maret 2021 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Segera Berobat Ketika Anak Sakit

Tentunya manusia tidak lepas dari kondisi sakit. Nabi mengingatkan kepada kita:

خُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ

“Ambillah/pergunakan masa sehatmu sebelum datang masa sakit.”

Artinya ada kondisi dimana kita sakit. Para Nabi dan Rasul juga sakit. Bahkan ada Nabi yang diuji dengan penyakit, yaitu Nabi Ayub. Apa yang kita lakukan jika buah hati kita menderita sakit?

Tentunya anak-anak kadang-kadang tidak mengerti berobat, dia hanya bisa mengeluh/mengaduh. Maka di sini kewajiban terletak dipundak orangtua untuk segera membawa anak berobat.

Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum berobat adalah mubah. Tapi tentunya tidak pada semua penyakit. Ada penyakit-penyakit yang kita wajib berobat, karena akan membawa kita kepada kematian. Tidak tepat disitu dikatakan tidak perlu berobat karena berobat itu hukumnya mubah. Apabila kita terhalang dari banyak kebaikan dengan penyakit itu, maka hukum berobat di sini ditekankan.

Sebagian penyakit tidak mengapa kita biarkan. Kita lebih memilih tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap pahala dari penyakit yang kita derita. Jika kondisinya demikian, pilihan bertawakal kepada Allah dengan penyakit yang kita derita itu mungkin adalah lebih baik karena menggugurkan dosa-dosa kita.

Misalnya tangan kita terluka dengan darah mengucur lalu kita biarkan, ini bisa berujung kepada kematian. Lebih lagi apabila yang sakit itu bukan diri kita, tapi anak kita. Dia punya hak untuk disembuhkan dari penyakitnya. Sementara dia makhluk yang lemah, anak kecil yang tidak mengerti.

Segera bawa anak yang menderita sakit itu untuk berobat. Karena anak-anak apabila dibiarkan sakitnya, itu bisa menghambat perkembangan jasmaninya. Ini akan menyebabkan kerugian dan menimbulkan kelemahan-kelemahan pada fisiknya.

Maka periksalah kesehatan anak kita dan segera berobat apabila dia sakit. Jangan biarkan sakitnya berlarut-larut sehingga semakin parah dan fisik anak pun menjadi lemah karenanya. Lebih-lebih lagi aktivitas dia menuntut ilmu jadi terganggu. Ini akan menyebabkan kerugian ketika dia beranjak dewasa.

Disamping itu kita perlu mengarahkan anak agar bersikap ridha, sabar dan meminta kesembuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ini adalah ujian dan musibah yang harus dihadapi dengan sabar.

Islam adalah agama yang sangat peduli pada kesehatan dan kesembuhan dari penyakit. Maka dari itu ada di dalam sunnah Nabi yang disebut Thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi). Ini menunjukkan bahwa Allah menginginkan dari kita kesehatan, Allah tidak menghendaki kita untuk jatuh sakit. Tapi kadang-kadang kita yang melanggar hingga kita jatuh sakit.

Kalau kita teliti sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sehari-semalam, itu semua mengarahkan kita kepada hidup sehat. Mulai dari menjaga kebersihan, menjaga kesehatan tubuh, bangun pagi, tidak tidur pagi, menghindari hal sia-sia yang bisa menyebabkan mudharat pada tubuh kita, cara makan, kita dilarang minum berdiri dan lain sebagainya. Itu ada alasan dan manfaatnya.

Sunnah Nabi mengarahkan kita untuk hidup sehat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengatakan:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat tersebut mengenai penyakit tersebut, maka seseorang akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Berobat merupakan salah satu bentuk ikhtiar. Adapun ikhtiar yang lain adalah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berharap kesembuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selebihnya kita bertawakal, memasrahkan urusan kepada Allah tentang apa yang terbaik bagi kita.

Agar anak-anak bisa sabar ketika sakit dan mau ikhtiar untuk berobat, ini memang harus ditanamkan dari kecil. Dan ini adalah kewajiban orang tua.

Usamah bin Syarik menceritakan: “Aku pernah berada di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu orang-orang Badui datang dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah kami mesti berobat?’ Maka beliau menjawab:

نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ

“Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla tidaklah menurunkan suatu penyakit kecuali Allah juga menyediakan obatnya, kecuali satu penyakit.”

قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ

Para sahabat bertanya: “Apa itu Ya Rasulullah?” Maka Nabi menjawab: “Penyakit pikun.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi dan yang lainnya)

Pencegahan terhadap penyakit

Disamping berobat, satu hal yang perlu dilakukan adalah pencegahan. Ada yang mengatakan pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan. Kita harus membiasakan anak dengan pengobatan-pengobatan ataupun obat-obat nabawi yang itu semuanya adalah tindakan preventif ataupun pencegahan. Tujuannya supaya tidak mudah jatuh sakit. Kekebalan dan imunitas tubuh bisa meningkat.

Obat-obatan nabawi seperti madu, habbatussauda, minyak zaitun, dan obat-obat herbal lainnya. Gunakan ini sebelum kita memutuskan untuk membawanya ke dokter atau rumah sakit. Sebab ada berkah pada pengobatan nabawi dan tidak memiliki efek samping. Dari sisi yang lain biayanya tentunya lebih ringan jika dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan medis di rumah sakit. Tapi semua ikhtiar harus kita tempuh untuk mendapatkan kesehatan.

Karena pencegahan itu lebih baik, maka cukupkanlah gizi anak. Karena itu adalah salah satu hak anak. Dalam hal ini orangtua tidak boleh pelit untuk mencukupi gizi anak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hak menyusui dua tahun bagi seorang bayi. Demikian juga ketika dia di dalam kandungan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hak bagi ibunya untuk tidak berpuasa, ini demi perkembangan janin juga.

Mengajak anak berolahraga

Malas gerak (mager) akan mendatangkan mudharat/penyakit. Karena malas memang membawa mudharat, melemahkan akal, melemahkan tubuh, melemahkan semangat, membuang-buang waktu, menyia-nyiakan kesempatan, itu semua dampak buruk dari penyakit malas. Maka ajak anak untuk berolahraga dan bermain ketangkasan. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

“Muslim yang kuat lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah.” (HR. Muslim)

Maka berolahragalah bersama mereka. Kadang-kadang anak itu kalau disuruh olahraga sendiri tidak mau, dia tidak mengerti. Harus dibimbing/diajak, sehingga dia mau berolahraga bersama. Nabi juga melakukan itu. Terkadang Nabi berkejar-kejaran dengan anak-anak dan meladeni permainan mereka. Beliau tidak merasa jatuh kehormatan dengan melakukan hal tersebut bersama anak-anak.

Biarkan pula mereka bergerak dan bermain bersama teman-temannya. Bahkan jika memungkinkan ada perlombaan ketangkasan di antara mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melewati para sahabat di lapangan sedang memanah, maka beliau memberi semangat kepada mereka dan berkata:

ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلُّكُمْ

“Panahlah, sesungguhnya aku bersama kalian semua.”

Ini adalah bentuk motivasi dan dorongan moril kepada mereka.

Demikian juga belum mengizinkan orang-orang Habasyah bermain tombak di areal masjid dan membiarkan ‘Aisyah untuk melihatnya. Dan beliau bersabda: “Teruskanlah wahai Bani Arfidah.”

Pakar kesehatan juga sepakat bahwa olahraga itu amat baik untuk menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak. Di samping itu, banyak nilai positif yang diperoleh dari kegiatan olah fisik dan oleh ketangkasan. Disamping dia melakukan aktifitas seperti belajar dan lain sebagainya, dia perlu berolahraga juga.

Nabi juga berolahraga bersama istri, lomba lari bersama ‘Aisyah, bermain gulat bersama para sahabat, berkuda dan olahraga-olahraga sifatnya ketangkasan serta ada nilai kesehatan disitu.

Apalagi kita yang sudah berusia empat puluh tahun keatas, olahraga adalah suatu yang perlu dilakukan. Apalagi olahraga-olahraga yang sifatnya cardiovascular (menjaga kesehatan jantung). Dan yang kita maksud dengan olahraga di sini bukan untuk tujuan prestasi, tapi untuk menjaga kesehatan.

Ada beberapa nilai positif yang diperoleh dari olahraga, di antaranya:

1. Nilai jasmaniyah

Olahraga yang dilakukan secara efektif dan tepat sesuai dengan porsinya akan membantu pertumbuhan otot-otot anak. Anak juga akan belajar berbagai ketangkasan, refleknya bagus, mechanicalnya juga bagus karena dia berolahraga, dan cenderung imunitas tubuhnya akan meningkat, dia lebih kebal untuk menghadapi berbagai macam penyakit-penyakit yang beredar di luar, tidak rentan terkena sakit.

2. Nilai pendidikan

Pilihlah olahraga yang punya nilai pendidikan seperti memanah, berkuda, berenang. Melalui permainan olahraga ini anak bisa belajar mengenal banyak hal yang terkait dengan sarana dan prasarananya.

3. Nilai kemasyarakatan

Ini adalah olahraga yang dilakukan bersama-sama. Seperti bergulat, bulu tangkis, dan lain sebagainya. Melalui permainan ketangkasan dan olahraga ini anak juga belajar bagaimana membangun hubungan sosial dengan orang lain, berinteraksi dengan masyarakat secara baik, dia juga dapat bekerjasama dan bergaul dengan orang-orang dewasa, bagaimana cara memberi dan menerima.

4. Nilai akhlak

Melalui olahraga anak belajar dasar-dasar konsepsi tentang salah dan benar, belajar untuk adil, jujur, amanah, menahan diri, sabar, dan menjunjung nilai-nilai sportivitas. Artinya kalau kalah bisa menerima, kalau menang bisa menghormati yang kalah.

Maka ketika olahraga, jangan sampai muncul akhlak yang buruk dari olahraga tersebut. Karena kita ingin dari olahraga itu muncul akhlak yang baik seperti kebersamaan, mau menolong orang, menghibur dan menghormati yang kalah, mengakui keunggulan orang lain, dan seterusnya.

5. Nilai kreatifitas

Dari olahraga, kita berharap muncul nilai-nilai kreativitas. Karena ini adalah permainan ketangkasan. Anak akan mengekspresikan potensi-potensi kreatifnya serta mengujicobakan gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya.

6. Nilai personalitas

Melalui permainan ketangkasan, anak juga menyingkap banyak hal yang mengenai personalitas/jati diri/mengenal dirinya sendiri.

7. Nilai kuratif

Melalui permainan ketangkasan, anak bisa menghilangkan ketegangan/stress yang kerap melahirkan berbagai keterbelengguan dan kemandekan berpikir. Oleh karena itu kita mendapati bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang penuh belenggu (perintah dan larangan) hanya membuat anak-anak stress.

Terkadang anak-anak merasa tertekan karena dipaksa oleh orang tuanya untuk terus belajar, mengerjakan seabrek tugas-tugas, sehingga kadang-kadang dia jadi penat. Maka berilah porsi untuk melepaskan stres atau keterbelengguan ini dengan berolahraga.

Olahraga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana terbaik untuk menghilangkan tekanan-tekanan psikis ini. Juga untuk menghilangkan permusuhan di antara anak-anak.

Olahraga tentunya tidak dilakukan dengan cara melanggar perintah Allah. Misalnya olahraga dengan membuka aurat atau mencampurbaurkan antara pria dan wanita, olahraga-olahraga ekstrem dan membahayakan. Maka pilihlah olahraga yang mengandung nilai-nilai positif, tidak melanggar syariat, dan ada nilai-nilai yang bisa kita ambil seperti yang kita sebutkan tadi.

Download mp3 Kajian

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49995-segera-berobat-ketika-anak-sakit/